Imbas aksi pembakaran Al Quran di Kedubes Turki di Swedia. Begini reaksi Presiden Turki

- Rabu, 25 Januari 2023 | 14:54 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Voi.id)
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Voi.id)

 

LOMBOK INSIDER - demonstrasi yang dilakukan pada Sabtu, 21 Januari 2023, lalu telah meningkatkan ketegangan antara Swedia dengan Turki, pasalnya demonstrasi tersebut diwarnai dengan aksi pembakaran Al Quran yang dilakukan oleh seorang demonstran berkewarganegaraan Swedia.

Pelaku aksi pembakaran Al Quran di dekat Kedutaan Besar Turki di Stockholm itu adalah seorang politisi Swedia bernama, Rasmus Paludan yang merupakan pemimpin partai Stram Kurs sayap kanan Denmark garis keras yang dikenal kerap melakukan aksi rasial provokatif.

aksi pembakaran Al Quran tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap Islam sebagai upaya untuk mengkritik NATO, Turki dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, terkait dengan masalah mempengaruhi kebebasan berekspresi di Swedia dan untuk menunjukkan dukungan bagi kaum Kurdi.

Baca Juga: Innalillahi, Aldi Taher malah ucap syukur saat kepergok seranjang dengan Dewi Perssik: Mantan istriku cantik

Hubungan Turki dengan Swedia

Tahun lalu, tepatnya pada 18 Mei 2022, Swedia dan Finlandia telah resmi mengajukan diri untuk bergabung dalam NATO atas dorongan invasi Rusia ke Ukraina.

Namun, untuk dapat bergabung dalam NATO, sebuah negara wajib mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota NATO, namun hingga kini hanya tinggal Turki saja yang belum memberikan persetujuannya.

Baca Juga: Ferry Irawan ancam akan bongkar aib Venna Melinda jika berani lakukan ini, Athalla Naufal tak tinggal diam

Sikap Turki yang belum memberikan persetujuannya tersebut didasari dari panasnya hubungannya dengan Swedia.

Alasan pertama Turki belum juga memberikan persetujuannya adalah sebagai bentuk protes Turki terhadap sikap pemerintah Swedia yang dinilai telah memberikan kelonggaran terhadap PKK (Partai Pekerja Kurdistan).

Partai Pekerja Kurdistan adalah sebuah kelompok separatis yang telah melakukan aksi pemberontakan berdarah kepada pemerintah Turki sejak tahun 1984 dengan tujuan untuk mendirikan negara Kurdi yang merdeka dibagian Tenggara Turki.

Baca Juga: Baru seumur jagung berumahtangga, Kaesang Pangarep dan Erina Gudono kok malah pilih jalan hidup masing-masing?

Alasan kedua, karena Swedia juga telah melakukan penangguhan penjualan senjata kepada Turki sejak tahun 2019 sebagai bentuk sanksi setelah operasi militer yang dilakukan Turki di Suriah.

Halaman:

Editor: Yusuf LI

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X