LombokInsider.com – Pada awal April 2021, Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, berkunjung ke rumah dalang wayang senior Ki Manteb Sudarsono di Karanganyar, Jawa Tengah.
“Dalam kunjungan itu saya ditemani Pak Kondang Sutrisna, Ketua PEPADI & Pak Yoga Mandira, Ketua Paguyuban Seni Budaya Nusantara,” kata Anies Barwedan sebagaimana diunggah dalam akun Instagramnya.
“Kami ngobrol banyak. Saat diskusi, beliau mengeluarkan sebilah keris dan memberikannya kepada saya,” jelas Anies.
Anies pun menerima keris tersebut seraya berkata, “Saya terima keris ini sebagai kehormatan dan Insha Allah dijaga. Begitu juga pesan agar wayang kulit tetap hidup dan berkembang.”
Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini, Kisah Andin dan Aldebaran yang Saling Mencintai
Itulah obrolan terakhir Anies dengan Ki Manteb. Pada Sabtu, 2 Juli 2021, Ki Manteb wafat.
Tentang Keris
Dalam pertemuan terakhir itu, Ki Manteb bercerita banyak tentang keris yang diberikan kepada Anies.
Menurut Ki Mantep, tutur Anies, keris dalam falsafah Jawa adalah doa yang tak terucap dan tak tertulis. Sambil menempa, sang empu menghubungkan harapan pemesan dengan pencipta lewat doa.
Anatomi keris ini ada 7 lekukan, dalam bahasa Jawa pitu = pitulungan atau pertolongan. Doa agar ditolong dalam peristiwa besar dan menjadi lambang status sosial pemiliknya, lanjut Anies menirukan penjelasan Ki Manteb.
Dikatakannya, keris Ki Manteb dasar penangguhannya adalah keris sepuh berdapur carubuk era Mataram. Bahannya adalah campuran besi, baja dan pamor atau batu meteor. Istilahnya Ibu Bumi Bopo Ang koso (Ibu Bumi Ayah Angkasa). Ini merupakan paduan unsur bumi dan langit. Teksturnya Ganggang Kanyut atau ganggang hanyut terbawa air di sepanjang bilah keris dengan filosofi aliran tanpa hambatan.
Baca Juga: Perolehan Medali PON XX Papua, Jabar Teratas Disusul Jatim dan DKI, NTB ke 14
Tempaan para empu tak main-main. Presisinya tinggi. Keris stabil dan seimbang, bisa berdiri tanpa penyangga, hanya ditopang ujung runcing keris atau gagang kayu bulat melengkung. Warangka (sarung keris) dibuat dari sebidang kayu utuh tanpa sambungan.
Menurut sejarahnya, keris jenis ini dimiliki beberapa tokoh sejarah seperti Sultan Hadi Wijaya, pendiri Kerajaan Pajang (1549-1582) yang dikenal sebagai Joko Tingkir penakluk buaya di Sungai Kedung Srengenge. Keris ini dibawa Sunan Kalijaga saat membawa kayu untuk tiang Masjid Agung Demak lewat Sungai Kreo. Dua pemilik keris yang dekat dengan elemen air.
Baca Juga: Cara Mengatasi Alergi atau Gatal-gatal dengan Resep ala dr. Zaidul Akbar
Sbg warisan leluhur, keris adalah pusaka hasil kerja keras, tekun, material berkualitas, dibuat dengan doa. Mahakarya yang penuh filosofi dan tak lekang zaman.
Artikel Terkait
Merasa di Santet, KS Tusuk Tetangganya Dengan Keris